Malam yang dingin. Semilir angin berhembus menusuk jiwa, dingin terasa. Waktu telah menunjukkan sepertiga malam terakhir.
"Nis,shalat yuk!?" kata wanita separuh baya, dengan lembut membangunkanku.
Tak kuhiraukan, ku tarik selimut menutupi mukaku yang masih enggan bangun.
"Kamu nggak ikut shalat nak,?" katanya lagi
Aku masih tak peduli.suasana kembali sepi, "akhirnya mama menyerah" pikirku. Suaranya yang mengganggu tadi sudah menghilang. Hanya gemericik tetesan demi tetesan air wudhu yang terdengar menyelimuti heningnya malam.
Setiap malam mama selalu saja bersujud, dan berdo'a kepada Tuhan demi kesuksesan dan keberhasilanku. setidaknya itulah yang ku dengar dari do'a-do'anya.
Pernah suatu malam, aku melihat mama menangis tersedu-sedu. Aku tak tau apa yang terjadi, dan aku memang tak pernah mau tau.
Dari kecil aku dididik untuk selalu menjalankan semua peritah agama. tak pernah ku tinggalkan yang sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang muslim, apalagi shalat 5 waktu.
Mama selalu bilang "shalat itu tiang agama, bila kita kerjakan kita akan bahagia dunia-akhirat"
Pada awalnya aku selalu nurut saja. sampai suatu hari keluargaku mengalami kecelakaan, hingga aku harus kehilangan orang yang sangat ku cintai dan berarti dalam hidupku.
Waktu itu pertengahan bulan puasa. umurku baru genap dua belas tahun
"Nisa,'jaga mama ya" pesan papa sebelum pergi.
"Papa mau kemana?"
"papa ada kerjaan di luar kota sayang,"
kata papa menjelaskan maksudnya, papa bekerja di salah satu redaksi terkenal di kota ku.
menjadi wartawan televisi yang tak pernah lelah meliput berita, tak peduli kapan dan di manapun 'Demi keluarga' ya..itulah alasan papa selalu semangat bekerja.
Tapi walaupun begitu, papa slalu meluangkan waktunya bersama mama, dan aku..putri tunggalnya ' Anisa Nurlita'
Bagiku keluargaku sangatlah sempurna. Aku sangat bersyukur dengan semua ini.
“papa kapan pulang..??”
“sebelum hari raya papa pulang..”
“janji yea paa..” kataku manja
“iya saying..kamu jangan nakal yea” jawab papa sembari mengecup pipi ku.
Ku lihat mama meneteskan air mata, seolah berat melepaskan papa pergi.
“paa..cepat pulang ya” kata mama sambil mencium tangan papa
“iya..kalian baik-baik di rumah ya, Nisa ingat pesan papa jangan nakal yea” ucap papa mengingatkan. Aku hanya mengangguk pelan
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikum salam” jawabku dan mama serempak.
< dua minggu kemudian>
(Bersambung….)