Senin, 14 Maret 2011

Masih Adakah Ma'af

  Malam  yang  dingin. Semilir  angin  berhembus  menusuk  jiwa, dingin  terasa. Waktu  telah  menunjukkan  sepertiga  malam  terakhir.
  "Nis,shalat  yuk!?"  kata  wanita  separuh  baya, dengan  lembut  membangunkanku.
Tak  kuhiraukan, ku  tarik  selimut  menutupi  mukaku  yang  masih  enggan  bangun.
  "Kamu  nggak  ikut  shalat  nak,?" katanya  lagi
Aku  masih  tak  peduli.suasana  kembali  sepi, "akhirnya  mama  menyerah" pikirku. Suaranya  yang  mengganggu  tadi  sudah  menghilang. Hanya  gemericik tetesan  demi  tetesan  air  wudhu  yang  terdengar menyelimuti  heningnya  malam.

  Setiap  malam  mama  selalu  saja  bersujud, dan  berdo'a  kepada  Tuhan  demi  kesuksesan  dan  keberhasilanku. setidaknya  itulah  yang  ku  dengar  dari  do'a-do'anya.
Pernah  suatu  malam, aku  melihat  mama  menangis  tersedu-sedu. Aku  tak  tau  apa  yang  terjadi, dan  aku  memang  tak  pernah  mau  tau.
  Dari  kecil  aku  dididik  untuk  selalu  menjalankan  semua  peritah  agama. tak pernah  ku  tinggalkan  yang sudah  menjadi  kewajibanku  sebagai  seorang  muslim, apalagi  shalat  5 waktu.
Mama  selalu  bilang "shalat  itu  tiang  agama, bila  kita  kerjakan  kita  akan  bahagia  dunia-akhirat"
Pada awalnya aku selalu nurut saja. sampai suatu hari keluargaku mengalami kecelakaan, hingga aku harus kehilangan orang yang sangat ku cintai dan berarti dalam hidupku.
 Waktu itu pertengahan bulan puasa. umurku baru genap dua belas tahun
"Nisa,'jaga mama ya" pesan papa sebelum pergi.
"Papa mau kemana?"
"papa ada kerjaan di luar kota sayang,"
kata papa menjelaskan maksudnya, papa bekerja di salah satu redaksi terkenal di kota ku.
menjadi wartawan televisi yang tak pernah lelah meliput berita, tak peduli kapan dan di manapun 'Demi keluarga' ya..itulah alasan papa selalu semangat bekerja.
 Tapi walaupun begitu, papa slalu meluangkan waktunya bersama mama, dan aku..putri tunggalnya ' Anisa Nurlita'
Bagiku keluargaku sangatlah sempurna. Aku sangat bersyukur dengan semua ini.
“papa kapan pulang..??”
“sebelum hari raya papa pulang..”
“janji yea paa..” kataku manja
“iya saying..kamu jangan nakal yea” jawab papa sembari mengecup pipi ku.
Ku lihat mama meneteskan air mata, seolah berat melepaskan papa pergi.
“paa..cepat pulang ya” kata mama sambil mencium tangan papa
“iya..kalian baik-baik di rumah ya, Nisa ingat pesan papa jangan nakal yea” ucap papa mengingatkan. Aku hanya mengangguk pelan
“Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikum salam” jawabku dan mama serempak.
< dua minggu kemudian>
(Bersambung….)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar